Minggu, 30 Agustus 2009

Perjuangan Para Master Adu Magis Tanpa Mistik

Perjuangan Para Master Adu Magis Tanpa Mistik
Tebak Kondisi Fisik dengan Ilmu Psikologi

Pemenang The Master sesi I, Joe Sandy, menunggu lawan. Kandidatnya ada tiga; Limbad, Rhomedal, dan Denny Darko, tiga besar The Master sesi II yang segera berakhir. Final dipastikan menyuguhkan adu magis dari cabang ilmu berbeda.

KONSEP acara The Master memang seperti itu. Menurut Fabian Dharmawan, produser acara yang tayang empat jam setiap Jumat malam di RCTI itu, pemenang sesi pertama dan kedua diadu untuk mendapatkan predikat Master.

Joe Sandy adalah magician beraliran mentalis. Denny Darko beraliran mind illusionist sementara Limbad menganut aliran Fakir dan Rhomedal menyuguhkan magis klasik. "Kami menyebut mereka magician, selain untuk mengangkat derajat seni magis di Indonesia, juga agar tidak ada unsur mistis," ucap Fabian saat ditemui Jawa Pos menjelang siaran langsung The Master di Studio RCTI, Jumat malam (10/4).

Fabian menjanjikan, seheboh apa pun atraksi yang ditampilkan para kontestan The Master, tidak ada unsur mistis. Semua merupakan trik dan keahlian yang bisa dipelajari, tidak mengandung hal gaib. "Kami tidak mengagungkan mistis. Maka, kami mencari yang tidak mistis," jelasnya.

Deddy Corbuzier, mentalis yang bertugas sebagai juri sekaligus konsultan acara itu setuju. Menurut dia, di dunia magis tidak ada mistik. "Semua adalah teknik. Mengapa dikatakan mistik adalah paradigma yang diciptakan masyarakat. Jadi, secara psikologis ada sebuah teori, ketika manusia tidak bisa menemukan jawaban, dia akan mencari jawaban yang paling gampang. Orang kok bisa terbang? Oh, itu gaib. Nah! Orang mencari jawaban yang paling mudah hanya karena mereka tidak tahu sebenarnya apa," ulasnya.

Terbukti, magis ala Denny Darko sangat ilmiah. Ilusi pikiran yang dia tampilkan buah dari kombinasi seni mentalis, hipnotis, magis, showmanship alias seni panggung dan NLP. "NLP itu neuro language programming, satu cabang ilmu psikologi yang mempelajari behavior manusia," jelas Denny, pria kelahiran Tulungagung, Jawa Timur, 1 Juni 1977 itu.

Menurut Denny, tidak ada trik sulap dalam pertunjukannya. Dia mengaku tidak bisa terbang, tidak bisa membengkokkan paku, ataupun terbang. "Tapi, saya bisa manipulasi behavior (tingkah laku) dan pemikiran orang lain. Atau, mungkin saya bisa seperti dukun karena bisa menyebut bahwa di lutut kiri Anda ada bekas luka lama dan ada masalah pencernaan," ujarnya kepada Jawa Pos.

Ucapan Denny terbukti benar. "Padahal, saya hanya mengamati dari gaya berjalan Anda. Itu bisa dipelajari," lanjut pemilik nama asli Denny Multi itu.

Begitu pula Rhomedal Aquino. Awalnya dia berguru kepada Dwi Montero untuk aliran magis klasik itu sehingga saat ini kecepatan tangannya sudah sangat luar biasa. Tahun lalu dia menjadi juara nasional kompetisi Magic Klasik lalu pergi ke Thailand mewakili Indonesia untuk kompetisi tingkat Asia. "Kebetulan belum menang, hanya dapat sertifikasi," ucap pria kelahiran Jakarta, 22 Juni 1989.

Rhomedal mempelajari teknik itu sejak tiga tahun lalu dengan sungguh-sungguh. Jauh lebih serius dibanding kuliahnya di jurusan Broadcasting Universitas Bina Nusantara, Jakarta. "Sudah semester empat tapi banyak yang harus mengulangi. Beruntung belum di-DO," ungkapnya.

Magis ala Limbad paling ekstrem. Membengkokkan paku baja dengan gigi, tidur di atas beling, dan Jumat kemarin tiduran di karpet merah bertabur beling lalu dilindas dengan setum alias slender untuk meratakan aspal. "Alhamdulillah, tidak apa-apa. Kalau luka kecil sih pasti ada," ujar Susi Indrawati, istri Limbad.

Meski begitu, Susi meyakinkan, suaminya tidak menggunakan unsur mistik. Teorinya adalah perpaduan mental dan teknik. "Itu namanya ilmu fakir. Pak Limbad memang sejak kecil mempelajari sesuatu yang ekstrem seperti itu," terangnya. (jp)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar